Header Ads

test

Two Things?????


Nasib Bantal dan Guling

Pernahlah kau melihat benda-benda disekitar kita dan berpikir apa yang mereka rasakan, apa yang mereka ucapkan jika mereka punya perasaan dan punya mulut? Aq pernah dan baru saja terlintas di benakku. Mungkin kalau dibuat cerita kurang lebih begini ceritanya.

Sore ini, Bantal dan Guling bercakap-cakap. Merilekskan tubuh mereka sebelum nanti malam dipakai si empunya. Jadi bantal dan guling melelahkan juga lho, kadang bantal bisa resah sepanjang malam karena si empunya bantal selalu gelisah. Dibantingnya bantal ke kanan dan ke kiri, diremas, dihujani dengan air mata atau saat siempunya gembira bantal bisa dipeluk-peluk layaknya boneka.

“Guling, aku senang sore ini. Sampai sore ini Dia belum pulang. Hei guling, mengapa kau diam saja? Aku bicara denganmu. Esok pagi pasti badanku tidak pegal-pegal lagi. Kau lihat sendirikan, hari-hari belakangan ini, betapa tersiksanya aku, menampung air mata. dan menerima cengkeraman tangan yang menyiksa, padahal sebelumnya aku dipeluk-peluk dengan penuh suka tawa” Guling menjawab dengan enggan, “Ya aku tahu, memang cuma kamu saja yang menikmati kesunyian sore ini? Kau pikir aku tidak disiksanya hari-hari belakangan ini?

Bukankah kau juga melihat sendiri, akhir-akhir ini aku dipeluknya terlalu erat, bahkan tak jarang aku ditendang sampai ke bawah ranjang. Huh…padahal aku dulu disayang-sayang”. Bantalpun tertawa mendengar kata-kata guling yang berima, sambil menjawab, “ya…,ya…, aku ingat. Dulu Dia itu orang yang selalu bahagia, tidur nyenyak dan tepat pada waktunya. Nggak pernah merepotkan kita. Paling banter, aku hanya dibengkokkan saja, sebagai penyangga kepalanya untuk membaca buku cerita. Walaupun tubuhku dibengkokkan, aku senang karena aku bisa ikut membaca buku yang dibacanya. Tapi tak jarang pula aku hanya membaca pengantar atau ending ceritanya saja, soalnya seringkali Dia membaca di sofa. Aku masih ingat ketika Dia membaca buku kumpulan cerita pendek Tamara Geraldine. Waktu itu aku sempat ikut membaca kisah yang judulnya ‘(punggung) Caska dan Berto’, kisahnya sama seperti kita. Obrolan two things yang sedikit aneh.” Guling menanggapi omongan si bantal hanya dengan gumaman, “hmm…, ya…, hmmm”. Bantal sedikit geram mendengarnya, “Hei guling, pasti kamu nggak ikut baca waktu Dia baca bukunya John Powell ya? Bagaimana cara membangun komunikasi yang baik? Diajakin ngobrol kok diam saja. Wah payah kamu.” Guling pun menjawab, ”Memang sih aku nggak ikut baca. Lagipula bagaimana bisa aku ikut baca, mengintip pun aku nggak bisa. Aku selalu ditahan atau dikempit sama paha dan kakinya. Walaupun begitu aku selalu bisa membaca judul buku dan nama pengarangnya, lumayan kan? Jadi kalau mas Helmy Yahya di kuis Siapa Berani nanya pengarang dari judul buku tertentu, aku pasti bisa jawabnya. Justru kamu nggak selalu tahu kan?” Bantal menjawab dengan gusar, karena dia sadar bahwa benar apa yang dikatakan guling kepadanya. “Ya, terserah deh, kamu mau bilang apa. Guling, kamu tahu nggak kenapa ya, akhir-akhir ini Dia selalu sedih? Mungkin kalau air matanya dimasukkan ke dalam gelas, sudah ada delapan gelas saat ini. Cukup untuk jumlah takaran minum ideal satu orang dalam satu hari.” Guling menjawab, “Ah, aku tidak tahu, aku hanya mendengar tangisannya saja setiap malam. Justru seharusnya kamu yang tahu, mengapa Dia menangis setiap malam. Seharusnya, aku yang bertanya kepadamu. Bukankah kamu selalu dekat dengan mulutnya? Bagaimana sih kamu itu?” Bantal hanya terdiam, mendengar protes dari si Guling.

Tak berapa lama kemudian si Bantal berkata lagi, “Guling, sebenarnya aku juga tidak terlalu tahu mengenai apa masalahnya. Yang jelas, akhir-akhir ini dia selalu sedih saat masuk ke kamarnya. Tidak pernah ceria seperti dulu. Dulu setiap malam sebelum tidur, Dia selalu ngobrol di telepon, terus membaca dan kadang-kadang mendengarkan musik. Entah apa masalahnya. Aku pernah mendengar terakhir Dia sepertinya ah ga ngerti aku, aku bingung dengan cara berfikir para manusia. Makanya guling, kalau kamu punya masalah, cerita saja sama aku, tapi kamu juga harus bertanya apa masalahku. Jadi kita ga saling bertanya-tanya. Jangan sibuk dengan permasalahanmu sendiri. Kamu juga harus care juga sama aku.” Si guling menjawab, “Ah, kamu ada-ada saja, itukan kalau manusia. Sebagai bantal, paling banter masalah kamu diilerin, kalau aku mencium bau pesing.” Keduanya tertawa bersama, memecahkan obrolan sedih tentang permasalahan pemilik mereka.

Tiba-tiba pintu kamar terbuka. Sang pemilik datang dengan wajah ceria. Sambil membawa bungkusan besar menggunakan kedua tangannya. Bungkusan itu ditaruhnya diatas tempat tidur, sehingga bantal dan guling bisa melihat dengan jelas gambar bungkus kado berupa beruang memeluk symbol cinta. Dengan perlahan dan sayang Dia membukanya. Bantal dan guling sudah ga sabar banget mau melihatnya. Ketika melihat isinya, bantal dan guling kecewa, isinya adalah bantal dan guling baru yang terlihat empuk dan nyaman.

The end. Selanjutnya apa yang terjadi dengan bantal dan guling lama ya???


P.S :

Mr. X = Aq tak tahu apa yg terjadi pada bantal+guling lama Tapi sangat sulit membayangkan mereka bisa berbicara. Kurasa itu adalah hal yang menakutkan.

Mr. Y = Pastilah mereka sudah melakukan harakiri. Krn mereka menganggap hidup mereka sudah tdk trhormat lg.

Praduga sementara :
‎@Mr. X : terima kasih udh mw bc tulisan yg panjang. Ga tll mngerikan kok, hanya diimajinasikan, seperti sponge yg bs bicara.

@Mr. Y : kamu adlh seniman, mampu mngikuti alur imajinasi dgn sgala kmungkinan yg bs tjd.

2 comments: