Hidung meler
Wah parah iki, admin blog lagi meler hidungnya, Sesegera mungkin jauhi dia secepatnya dari pada tertular.
Semacam cairan bening yang dengan seenaknya keluar masuk hidung, sumpah risih banget tau rasanya. Mending kamplengan ae daripada ngene iki.
Anda sebagai orang komputer harus bisa dengan keadaan seperti apapun. Cuk trus opo hubungane iki. Analisis segera keadaan-keadaan yang mungkin terjadi, asem mulai ngelantur ga jelas ini.
Analisis sngkat perjalanan yang rumit sehingga bisa terjadi hal-hal seperti ini, siapkan buku kalian kawan. Siapa tau aja ada hal-hal penting yang bisa kalian catat.
Perjalanan seseorang hingga mengalami gejala meler ini cukup rumit. Awalnya, alergen yang terhirup masuk ke dalam mukosa hidung akan ditangkap oleh makrofag/monosit seperti halnya sel asing/antigen yang lain. Alergen itu akan membentuk fragmen pendek peptida yang selanjutnya berikatan dengan HLA kelas II pada makrofag sehingga terbentuk major histocompatibililty complex (MHC) kelas II. MHC akan melepas sitokin interleukin-1 (IL-1) yang akan mengaktifkan Th0 menjadi Th1 dan Th2. Kemudian, Th2 akan menghasilkan banyak sitokin di antaranya IL-4 dan IL-13. Kedua sitokin itu akan mengakibatkan limfosit B menjadi aktif sehingga dapat memproduksi IgE. Lalu, IgE akan mengembara dalam peredaran darah dan berikatan dengan sel-sel radang yang mempunyai reseptor IgE yaitu sel mast dan basofil. Tahap ini disebut tahap sensitisasi.
Kemudian, bila mukosa hidung menerima alergen yang sama maka proses berikutnya dimulai yang dikenal sebagai tahap provokasi. Alergen yang sama itu akan ditangkap oleh kompleks IgE-sel mast/basofil. Peristiwa itu membuat dinding sel mast/basofil pecah (degranulasi) sehingga keluarlah mediator yang sudah terbentuk (preformed mediators) yakni histamine, triptase dan kimase. Selain itu, dikeluarkan juga mediator yang baru terbentuk (newly formed mediators) seperti prostaglandin D2 (PGD2), leukotrien C4 dan D4, bradikinin, platelet activating factors (PAF), interleukin, dan granulocyte macrophage colony stimulating factor (GM-CSF). Semua mediator itulah (terutama histamin) yang menyebabkan gejala akut seperti bersin, gatal, dan hidung meler (rinore). Reaksi ini disebut reaksi alergi fase cepat yang berlangsung sejak kontak dengan alergen sampai 1 jam setelahnya.
Namun tak sampai disitu saja. Sel-sel radang lain seperti eosinofil, limfosit, dan neutrofil ikut meramaikan reaksi akut itu sehingga sitokin yang diproduksi pun makin banyak jumlahnya. Akibat lebih lanjut adalah hidung tersumbat dan menjadi lebih sensitif terhadap rangsang non-spesifik seperti asap rokok, bau-bau yang merangsang, perubahan cuaca, dan kelembaban tinggi. Peristiwa ini dikenal sebagai reaksi alergi fase lambat yang mencapai puncak 6-8 jam setelah pemaparan dan dapat menetap hingga 24-48 jam. Demikian papar dr Nina Irawati SpTHT dalam Simposium "Current Opinion in Allergy and Clinical Immunology", 2004.
Di samping proses-proses di atas, sitokin yang disekresi ternyata juga meningkatkan ekspresi intercellular adhesion molecule-1 (ICAM-1), vascular cell adhesion molecule-1 (VCAM-1), selektin-E, dan nitrit oksida. Keempat komponen tersebut akan menarik datangnya eosinofil ke tempat berlangsungnya reaksi inflamasi sehingga terjadilah sebuah lingkaran setan!
Trus gimana ini pencerahannya supaya ga meler lagi, pengen segera ngisep nih. Ah sial ....
Post a Comment